1. Definisi Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara turun temurun. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeza budaya dan menyesuaikannya, iaitu membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktiviti seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Secara amnya, budaya (culture) bermaksud cara hidup manusia. Ia merupakan satu proses perkembangan sahsiah, akal, semangat dan usaha manusia dalam sesuatu kelompok. Perkara ini dapat dilihat melalui etimologi perkataan “budaya” yang bermaksud ” budi + daya “; yakni budi sebagai aspek dalaman manusia yang meliputi akal dan nilai, manakala daya sebagai aspek lahiriah manusia yang meliputi usaha dan hasilan. Maka pada kesimpulannya, budaya boleh difahamkan sebagai segala penghasilan masyarakat manusia dalam pelbagai bentuk sama ada yang dapat dilihat atau tidak. Konsep budaya merupakan satu konsep yang penting untuk membandingkan perbezaan antara suatu masyarakat dengan suatu masyarakat yang lain.
Ciri-ciri Budaya
* Budaya merupakan pengkongsian suatu masyarakat
* Budaya tidak dapat berpisah dengan bahasa.
* Budaya diperolehi melalui proses pembelajaran.
Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
ADAT RESAM
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara turun temurun. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeza budaya dan menyesuaikannya, iaitu membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktiviti seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Secara amnya, budaya (culture) bermaksud cara hidup manusia. Ia merupakan satu proses perkembangan sahsiah, akal, semangat dan usaha manusia dalam sesuatu kelompok. Perkara ini dapat dilihat melalui etimologi perkataan “budaya” yang bermaksud ” budi + daya “; yakni budi sebagai aspek dalaman manusia yang meliputi akal dan nilai, manakala daya sebagai aspek lahiriah manusia yang meliputi usaha dan hasilan. Maka pada kesimpulannya, budaya boleh difahamkan sebagai segala penghasilan masyarakat manusia dalam pelbagai bentuk sama ada yang dapat dilihat atau tidak. Konsep budaya merupakan satu konsep yang penting untuk membandingkan perbezaan antara suatu masyarakat dengan suatu masyarakat yang lain.
Ciri-ciri Budaya
* Budaya merupakan pengkongsian suatu masyarakat
* Budaya tidak dapat berpisah dengan bahasa.
* Budaya diperolehi melalui proses pembelajaran.
Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
ADAT RESAM
Kepentingan adat resam di dalam hidup masyarakat tidak
kira apa bangsa sekalipun tidak dapat dinafikan. Adat tersebut bermula dari
dalam perut ibu, kelahiran, perkahwinan sehinggalah kematian terdapat di dalam
hidup semua masyarakat di Malaysia. Adat resam merupakan kebiasaan cara hidup
yang diamalkan oleh sesuatu masyarakat yang dapat menggambarkan corak budaya
masyarakat tersebut.
ADAT RESAM MASYARAKAT MELAYU
Kelahiran
Anak atau zuriat adalah suatu kurniaan Tuhan yang
tidak ternilai bagi setiap pasangan suami isteri. Bagi masyarakat Melayu yang
rata-ratanya beragama Islam, adalah dipercayai setiap anak yang dilahirkan
mempunyai rezekinya masing-masing, justeru itu setiap kelahiran itu perlu
disyukuri. Dalam aspek kelahiran ini, masyarakat Melayu banyak mengamalkan
adat-adat tertentu yang diwarisi sejak turun temurun. Ia merangkumi peringkat
sewaktu mengandung, bersalin dan selepas lahir.
Melenggang
Perut (Sewaktu Mengandung)
Adat ini juga dipanggil Kirim Perut oleh masyarakat Melayu di bahagian utara Semenanjung Malaysia dan di sesetengah tempat dikenali sebagai Mandi Tian. Upacara ini dilakukan kepada wanita yang mengandung anak sulung ketika kandungan berusia dalam lingkungan tujuh atau lapan bulan. Ia dijalankan oleh seorang bidan untuk membuang geruh atau kecelakaan yang mungkin menimpa wanita hamil yang bakal bersalin dan bagi membetulkan kedudukan bayi di dalam perut.
Adat ini juga dipanggil Kirim Perut oleh masyarakat Melayu di bahagian utara Semenanjung Malaysia dan di sesetengah tempat dikenali sebagai Mandi Tian. Upacara ini dilakukan kepada wanita yang mengandung anak sulung ketika kandungan berusia dalam lingkungan tujuh atau lapan bulan. Ia dijalankan oleh seorang bidan untuk membuang geruh atau kecelakaan yang mungkin menimpa wanita hamil yang bakal bersalin dan bagi membetulkan kedudukan bayi di dalam perut.
Peralatan untuk upacara ini termasuk
-Tujuh helai kain dengan tujuh warna berlainan
- Segantang beras
- Sebiji kelapa
- Beberapa urat benang mentah
Damar
Damar
-Minyak kelapa atau minyak urut
-Lilin
-Tepak sirih yang lengkap isinya
-Pengeras sebanyak RM1.25
Pada permulaannya bidan akan membacakan jampi
mentera dan mengandam wanita hamil tadi. Tepung tawar dicalit ke mukanya dan
beras kunyit ditabur.
Seterusnya adat mandi sintuk limau dan air buyung
dilakukan. Sebiji telur diselitkan di kain basahan iaitu di bahagian perutnya
dan sebuah cermin kecil dibawa bersama. Wanita itu didudukkan di atas kerusi di
mana pada kaki kerusi itu ditambat seekor ayam. Kemudian air buyung dijiruskan
ke badannya manakala telur tadi dilepaskan atau dijatuhkan dengan kepercayaan ia
akan memudahkan wanita tadi bersalin.
Setelah membersihkan badan, wanita itu bercermin
muka dengan harapan anak yang bakal lahir nanti mempunyai rupa paras yang
cantik. Setelah acara itu selesai bidan akan membentangkan ketujuh-tujuh helai
kain berbentuk melintang sehelai di atas sehelai yang lain. Ibu yang hamil
dibaringkan di atas lapisan kain-kain tersebut. Bidan akan mengurut ibu yang
hamil dengan menggunakan minyak kelapa atau minyak urut. Bidan mengambil buah
kelapa yang telah dibersihkan lalu menggulingkannya perlahan-lahan di atas
perut terus ke hujung kakinya sebanyak tujuh kali. Adalah dipercayai sekiranya
kelapa berhenti bergolek dengan matanya ke atas, anak yang dikandungnya adalah
lelaki dan perempuan jika sebaliknya. Akhirnya bidan akan melenggangkan setiap
helai kain tersebut pada perut wanita
hamil itu. Mengikut adatnya, kain yang di bawah sekali diberikan kepada bidan
beserta dengan peralatan upacara tadi. Lazimnya pada hari tersebut, kenduri doa
selamat akan diadakan dan ibu yang menjalani upacara ini dipakaikan dengan
pakaian baru. Adalah dipercayai adat ini mengandungi unsur-unsur budaya Hindu.
Sewaktu Bersalin
Apabila hampir tiba waktu bersalin, persediaan akan
diuruskan oleh keluarga berkenaan. Mengikut kebiasaannya kandungan ketika itu
sudah cukup sembilan bulan sepuluh hari. Tetapi adakalanya tempoh kehamilan
boleh mencapai sehingga sepuluh hingga dua belas bulan yang dipanggil bunting
kerbau. Mengikut kepercayaannya juga daun mengkuang berduri akan digantung di
bawah rumah dan kapur akan dipangkah pada tempat-tempat tertentu di dalam rumah
wanita yang hendak bersalin tadi bagi mengelakkan gangguan makhluk halus. Di
samping itu juga, terdapat beberapa adat yang perlu dijalankan semasa menyambut
kelahiran ini.
Potong Tali Pusat
Sejurus selepas bayi lahir, bidan akan menyambutnya dengan jampi dan serapah lalu disemburkan dengan daun sirih. Selepas bayi dibersihkan, tali pusatnya akan dipotong dengan menggunakan sembilu buluh dan dialas di atas sekeping wang perak satu ringgit. Di sesetengah tempat tali pusat dipotong menggunakan cincin emas. Baki tali pusat di perut bayi akan dibubuh kunyit dan kapur lalu dibungkus dengan daun sirih yang telah dilayukan di atas bara api sehinggalah tali pusat itu tanggal sendiri.
Sejurus selepas bayi lahir, bidan akan menyambutnya dengan jampi dan serapah lalu disemburkan dengan daun sirih. Selepas bayi dibersihkan, tali pusatnya akan dipotong dengan menggunakan sembilu buluh dan dialas di atas sekeping wang perak satu ringgit. Di sesetengah tempat tali pusat dipotong menggunakan cincin emas. Baki tali pusat di perut bayi akan dibubuh kunyit dan kapur lalu dibungkus dengan daun sirih yang telah dilayukan di atas bara api sehinggalah tali pusat itu tanggal sendiri.
- Azan/Qamat
Kelazimannya bayi lelaki akan
diazankan di kedua-dua belah telinganya manakala bayi perempuan akan
diqamatkan. Biasanya, bapa atau datuk bayi tersebut akan melakukan upacara ini.
Ia bukanlah satu adat, sebaliknya lebih merupakan amalan berunsur keagamaan.
- Membelah/Mulut
Adat ini mempunyai pengaruh budaya Hindu, namun demikian ia juga terdapat dalam agama Islam yang menghukumkan sunat untuk berbuat demikian. Upacara bermula dengan membacakan surah Al-Fatihah dan surah Al-Ikhlas. Ia diikuti dengan langkah mencecap atau merasakan sedikit air madu atau kurma dan ada juga yang menggunakan emas yang dicelupkan ke dalam air pinang pada mulut bayi yang baru lahir tersebut. Sewaktu menjalankan upacara ini, jampi mentera dibacakan. Namun demikian, adat ini sudah tidak diamalkan lagi oleh masyarakat Melayu hari ini.
Adat ini mempunyai pengaruh budaya Hindu, namun demikian ia juga terdapat dalam agama Islam yang menghukumkan sunat untuk berbuat demikian. Upacara bermula dengan membacakan surah Al-Fatihah dan surah Al-Ikhlas. Ia diikuti dengan langkah mencecap atau merasakan sedikit air madu atau kurma dan ada juga yang menggunakan emas yang dicelupkan ke dalam air pinang pada mulut bayi yang baru lahir tersebut. Sewaktu menjalankan upacara ini, jampi mentera dibacakan. Namun demikian, adat ini sudah tidak diamalkan lagi oleh masyarakat Melayu hari ini.
-Berpantang
Dalam masyarakat Melayu, wanita yang telah bersalin mesti menjalani masa berpantang yang bermaksud larangan. Sekiranya wanita tersebut melanggar pantang, mereka akan mengalami bentan atau sakit sampingan. Tempoh berpantang lazimnya berlangsung selama empat puluh empat hari dikira dari hari mula bersalin dan ada juga yang berpantang selama seratus hari.
Dalam masyarakat Melayu, wanita yang telah bersalin mesti menjalani masa berpantang yang bermaksud larangan. Sekiranya wanita tersebut melanggar pantang, mereka akan mengalami bentan atau sakit sampingan. Tempoh berpantang lazimnya berlangsung selama empat puluh empat hari dikira dari hari mula bersalin dan ada juga yang berpantang selama seratus hari.
- Tempoh Berpantang
Dalam
tempoh ini wanita tersebut dilarang dari makan sebarang makanan mengikut
kehendaknya atau berbuat apa-apa kerja yang memerlukan banyak pergerakan.
Antara makanan yang dilarang keras ialah yang boleh mengakibatkan kegatalan di
seluruh anggota badan seperti udang, kerang, ketam dan ikan pari serta
memakan ikan yang mempunyai sengat
seperti ikan keli, sembilang dan baung kerana ia boleh menyebabkan bisa-bisa
pada badan. Sebaliknya mereka digalakkan memakan nasi dengan ikan haruan yang
dibakar, direbus dan dibenarkan minum air suam atau susu.
- Bertungku
Selama berpantang mereka diberi makan
ubat-ubat tradisi dan bertungku. Bertungku dipercayai dapat membantu perut
wanita bersalin kembali normal.
Biasanya tungku diperbuat dari batu yang dipanaskan di atas bara.
Kemudian tungku itu dibalut dengan kain yang di lapik dengan beberapa helai
daun yang tebal seperti daun lengkuas yang dipercayai dapat mengimbangi
kepanasan tungku di samping berfungsi sebagai ubat.
Tungku
akan dituam pada bahagian perut dan bahagian lain bertujuan untuk mengatasi
masalah kesakitan selepas bersalin. Selesai bertungku, si ibu akan menyapu
perutnya dengan air limau yang dicampur dengan kapur sebelum memakai bengkung.
Amalan berbengkung ini bertujuan untuk mengatasi perut buncit atau pinggul yang
turun selepas bersalin di samping memberi keselesaan kepada wanita selepas
bersalin.
Selepas lahir:
Selepas kelahiran terdapat beberapa adat tertentu
yang dijalankan.
- Tanggal Pusat/Cuci Lantai
Lazimnya bayi yang baru lahir akan tanggal pusatnya dalam tempoh seminggu. Pada ketika itu, adat cuci lantai akan diadakan. Di sesetengah tempat, ia juga dipanggil adat naik buai kerana selagi bayi itu belum tanggal pusatnya, dia tidak boleh dibuaikan dan akan tidur di samping ibunya. Adat ini seelok-eloknya dilakukan pada hari Isnin atau Khamis.
Bahan-bahan yang digunakan untuk adat cuci lantai.
- Nasi kunyit dan lauk-lauk
- Seekor ayam hidup
- Paku, buah keras, asam, garam dan sirih pinang
- Hadiah untuk bidan sepersalinan
Kenduri doa selamat akan diadakan pada permulaan
adat ini. Selepas itu bidan akan memulakan jampi serapahnya sambil memegang
ayam dengan cara mengais-ngaiskan kaki ayam ke atas lantai tempat wanita itu
bersalin. Seterusnya lantai itu akan dibersihkan. Mak bidan akan menjalankan
keseluruhan upacara ini. Sebelum itu, si ibu dan si bayi akan dimandikan,
diurut dan dibedak. Selesai upacara tersebut, bahan yang digunakan tadi beserta
sedikit wang akan dihadiahkan kepada bidan tersebut.
- Memberi Nama
Mengikut ajaran Islam, adalah sunat memberi nama yang mempunyai maksud yang baik kepada bayi. Kebiasaannya jika bayi itu lelaki, nama akan diberi mengikut nama para nabi manakala untuk bayi perempuan, nama isteri-isteri atau anak-anak nabi akan dipilih.
- Cukur Rambut/ Potong Jambul
Adat ini dilakukan pada hari ketujuh selepas dilahirkan. Ia turut dipanggil adat potong jambul. Kenduri nasi kunyit dan doa selamat diadakan pada hari tersebut.
Untuk
menjalankan upacara tersebut beberapa kelengkapan disediakan.
-Sebuah dulang berisi tiga mangkuk atau piring yang
berisi air tepung tawar,beras kunyit dan
bertih.
-Sebiji kelapa muda dipotong bahagian kepalanya
dengan potongan berkelok-kelok siku seluang untuk dijadikan penutup. Airnya
dibuang dan diganti dengan sedikit air sejuk. Kemudian kelapa itu diletakkan di
dalam sebiji batil. Biasanya kelapa itu dihias, umpamanya dengan melilitkan
rantai emas atau perak di kelillingnya.
Pada hari itu, bayi dipakaikan dengan pakaian cantik dan diletakkan di atas talam yang dialas dengan tilam kecil atau didukung oleh bapa atau datuknya. Si bayi seterusnya dibawa ke tengah majlis dan disambut oleh hadirin lelaki sambil berselawat. Si bayi akan ditepung tawar serta ditabur beras kunyit dan bertih. Para hadirin secara bergilir-gilir akan menggunting sedikit rambut bayi tersebut dan dimasukkan ke dalam kelapa tadi.
Bilangan orang yang menggunting rambut bayi
tersebut hendaklah dalam bilangan yang ganjil, iaitu tiga, lima, tujuh dan
seterusnya. Setelah selesai pihak lelaki menjalankan acara menggunting, pihak
perempuan pula mengambil alih. Setelah selesai kedua-dua pihak menjalankan adat
bercukur barulah kepala bayi tersebut dicukur sepenuhnya oleh bidan atau
sesiapa sahaja yang boleh melakukannya. Kesemua rambut yang dicukur akan
dimasukkan ke dalam kelapa. Akhirnya kelapa tersebut di tanam di sekitar
halaman rumah bersama sepohon anak kelapa atau seumpamanya sebagai memperingati
masa anak itu dilahirkan.
Lazimnya, semasa adat ini dijalankan akikah
turut diadakan. Dari segi syarak,
akikah membawa pengertian
menyembelih ternakan pada hari ke tujuh selepas anak dilahirkan. Orang Islam
yang berkemampuan disunatkan menyembelih ternakan seperti kambing, lembu atau
kerbau sebagai akikah anak yang baru lahir. Seorang anak disunatkan berakikah
sekali sahaja seumur hidup. Terdapat syarat-syarat tertentu dalam memilih
haiwan untuk akikah dan jumlah ternakan untuk akikah juga berbeza mengikut jantina
bayi. Bagi bayi lelaki akikahnya ialah dua
ekor kambing dan seekor kambing bagi bayi perempuan. Antara hikmah
akikah adalah sebagai permulaan kebajikan dan kebaikan bagi pihak bayi
tersebut. Akikah sunat dilakukan pada hari ke tujuh kelahiran iaitu boleh
dijalankan serentak dengan adat mencukur rambut dan adat memberi nama. Namun ia
juga boleh dilakukan pada hari yang lain.
Naik Buai
Adat ini merupakan satu-satunya majlis yang masih
diamalkan dan mendapat sambutan di kalangan masyarakat Melayu hari ini. Upacara
ini dilangsungkan dalam suasana penuh meriah terutama sekali jika sesebuah
keluarga itu baru mendapat anak atau cucu sulung.
Semasa upacara ini dijalankan bayi tersebut akan
diletakkan di dalam buaian yang menggunakan kain songket atau batik dan dihias
indah dengan bunga-bungaan. Selendang akan diikat di kiri kanan buaian dan
ditarik perlahan-lahan semasa upacara berlangsung. Ketika itu juga, nazam atau
marhaban akan dialunkan oleh sekumpulan lelaki atau wanita. Seterusnya bunga
telur dan bunga rampai akan dihadiahkan kepada kumpulan ini. Pada hari ini,
masyarakat Melayu menjalankan adat ini serentak dengan adat memberi nama dan adat
cukur rambut.
JejakTanah/TurunTanah
Di sesetengah tempat, adat ini juga dipanggil adat memijak tanah. Ia sebagai meraikan anak yang baru pandai berjalan. Turun tanah bermakna seorang anak kecil dilepaskan untuk memijak tanah sebagai lambang meneruskan kehidupannya. Adat ini dijalankan secara berbeza-beza dari satu tempat dengan tempat yang lain baik dari segi cara mahupun barangan yang digunakan.
Lazimnya kenduri doa selamat diadakan untuk
mengiringi upacara ini. Selepas kenduri
selesai, tikar dibentang di hadapan tangga sebagai alas kanak-kanak
berkenaan berjalan. Di atas tikar
disediakan beberapa dulang yang berisi pelbagai jenis barang, termasuk
makanan dan minuman. Antara barangan
yang diletakkan di dalam dulang itu ialah cermin, sikat, jam tangan, gelang, cincin, rantai, bedak, kain,
kasut, gunting, bubur, air sejuk dan wang. Lazimnya jumlah barangan yang
diletakkan adalah ganjil. Kanak-kanak tersebut akan dibiarkan bergerak memilih barang tersebut
dan dihadkan mengambil tiga barangan sahaja.
Menurut kepercayaan orang Melayu juga, adat
ini dilakukan untuk meramal masa depan kanak-kanak itu berdasarkan barangan
yang diambil. Umpamanya jika kanak-kanak itu mengambil gunting, kelak dia kuat
bekerja atau pandai membuat kerja tangan. Adat ini jug boleh dilakukan secara
sederhana iaitu dengan memijakkan kaki
kanak-kanak itu ke piring-piring kecil yang berisi dengan padi, beras,
tanah dan beberapa jenis daun yang telah dijampi oleh mak bidan. Seterusnya
bayi itu dijejakkan ke tanah dan doa dibaca.
Adat bersunat bagi bayi perempuan lazimnya dilakukan ketika bayi itu masih kecil iaitu
beberapa hari selepas dilahirkan. Namun demikian, kebanyakan kanak-kanak
perempuan akan menjalani upacara ini sekurang-kurangnya ketika berumur setahun
atau lebih. Adat ini akan dijalankan oleh bidan. Bagi kanak-kanak lelaki,
mereka akan menjalani adat bersunat atau juga dipanggil berkhatan ketika umur
mereka dalam lingkungan 8 hingga 12 tahun. Adat berkhatan akan dijalankan oleh
Tok Mudim. Di dalam ajaran Islam, bersunat atau berkhatan adalah wajib kerana
Islam menitikberatkan kesucian lahir dan batin. Di samping itu juga,ia baik
dari segi kesihatan. Majlis bersunat kanak-kanak perempuan tidak semeriah
majlis berkhatan kanak-kanak lelaki dan ada juga yang menjalankannya serentak
dengan majlis perkahwinan.
Kesimpulan
Kebudayaan memainkan peranan yang
sangat penting dalam sesebuah masyarakat. Sesebuah masyarakat mempunyai adat resam yang berbeza. hal ini bagi memastikan budaya sesebuah masyarakat akan sentiasa menjadi suatu perkara yang tidak akan dilupakan dan menjadi lambang kepada sesebuah masyarakat.
sumber rujukan
Perpustakaan Negara Malaysia
http://pmr.penerangan.gov.my
http://ms.wikipedia.org/wiki/Budaya
sumber rujukan
Perpustakaan Negara Malaysia
http://pmr.penerangan.gov.my
KHURAFAT
BalasPadamKHURAFAT
BalasPadam